Jumat, 30 September 2011

Menyikapi Mantan Taaruf yang Masih Sakit Hati

BANYAK kisah taaruf-proses saling mengenal antara laki-laki dan perempuan dalam upaya menuju pernikahan tanpa pacaran-yang kandas di tengah jalan. Banyak pula penyebab dan alasannya. Bisa jadi karena orang tua tidak setuju, perbedaan prinsip, perbedaan karakter, tidak ada kecocokan satu sama lain, dan jutaan penyebab lain. Apapun alasannya, satu hal yang pasti terjadi di antara mereka, bukan jodoh.

Kapan alasan satu ini dipahami dengan benar, insya Allah tak akan ada sakit hati yang menyertai ketika akhirnya semua prose situ harus berakhir atau diakhiri. Masing-masing pihak akan gembira dan tidak saling membenci. Bahkan sebaliknya, ukhuwah bisa terjalin di sana dengan saling menutup aib masing-masing dan menumbuhkan rasa persaudaraan menggantikan rasa 'harap' sebelumnya yang sempat ada. Tapi ternyata, kenyataan di lapangan tak seindah teori untuk memaafkan atau melupakan seseorang yang pernah melakukan taaruf tersebut.

Ada yang memutuskan hubungan sama sekali ketika ta'aruf tak bisa berlanjut. Bahkan jangankan saling sapa, menyebut nama saja sudah enggan. Seluruh hal tentang dirinya baik nomer HP, sms-sms, email dan biodata semua dibuang ke tong sampah. Kapan pun ada yang orang yang menyebut nama si mantan taaruf ini, hatinya langsung bergemuruh dipenuhi rasa yang menyakitkan hati. Dalam skala lebih jauh, orang dengan tipe ini bukan tak mungkin melakukan pembunuhan karakter pada si mantan taaruf. Misalnya saja ia akan menyebarkan hal-hal buruk tentang si 'mantan' agar tak ada yang mau mendekat.

Ada juga orang yang masih melakukan kontak seperlunya dengan si mantan taaruf meskipun sudah tak terjalin apa-apa lagi di antara mereka. Hubungan mereka sebatas teman seperti sebelumnya. Sekilas, seolah semua berjalan baik-baik saja. Tapi sikap salah satunya berubah ketika si mantan taaruf ternyata mendapat pasangan lebih cepat dari dirinya. Artikel pernikahan si 'mantan' membuatnya bak cacing kepanasan karena merasa didahului. Sikapnya pun berubah sinis dan ketus.

Uniknya, ada juga yang kebalikan dari fenomena di atas. Ketika dirinya sudah bertaaruf lagi dengan yang lain dan berencana mau menikah duluan, hatinya masih dipenuhi rasa tidak terima taaruf sebelumnya harus putus di tengah jalan. Walhasil, ia yang seharusnya bahagia menjelang hari pernikahannya, hatinya malah dipenuhi kecurigaan bahwa si 'mantan' taaruf akan merusak suasana. Yang terjadi kemudian adalah ketika ia menikah duluan dan si 'mantan' mengucapkan selamat dan doa penuh ketulusan, dijawabnya dengan ketus dan penuh kecurigaan.

.... Urusan hati memang tidak sederhana, tapi jangan diperumit dengan hal-hal yang tak seharusnya ada. Jodoh adalah rahasia-Nya yang hanya bisa diikhtiari ....

Urusan hati memang tidak sederhana. Tapi sesuatu yang tidak sederhana ini jangan diperumit dengan hal-hal yang tak seharusnya ada. Jodoh adalah rahasia-Nya yang hanya bisa diikhtiari tanpa berusaha mendikte atau memaksakan kehendak. Allah tak akan pernah salah menjodohkan hamba-Nya. Maka berprasangka baiklah pada-Nya ketika taaruf tak bisa berjalan sesuai rencana. Tak perlu su'udzhon pada mantan taaruf, tak perlu pula memutuskan ukhuwah yang pernah terjalin meskipun saat ini telah berbeda jalinan cerita.

Dunia akan lebih indah saat hati ini dipenuhi husnuzhon, baik terhadap takdir Allah atau terhadap si 'mantan'. Dunia pun akan lebih cerah dan berwarna bila sikap diri tak dipenuhi sinis dan antipati hanya karena si dambaan hati tak menjadi milik diri. Memang bukan hal yang mudah, tapi juga bukan suatu yang mustahil untuk dilakukan. So, bersihkan hati dan ikhlaskan diri ini menerima takdir Ilahi.


Jangan Suka Mengucek Mata, Atau Anda Akan Terkena Rabun Jauh
Mengucek atau menggosok-gosok mata saat terasa gatal atau ada sesuatu yang mengganjal, malah akan membuat mata terasa perih dan merah. Mata yang merah dan perih disebabkan oleh iritasi akibat gesekan saat mengucek mata. Tidak hanya itu, mengucek mata juga bisa melemahkan otot yang ada di mata.

"Mengucek mata, yoga dengan kepala di bawah, tidur dengan wajah menempel pada bantal atau berenang merupakan berbagai aktivitas yang bisa menyebabkan penekanan mata meningkat," ujar Profesor Charles McMonnies, dari UNSW School of Optometry and Vision Science, dalam jurnal yang telah dipublikasikan berjudul Optometry and Vision Science, seperti dikutip dari Science.

Pada kasus mengucek mata, terjadi efek kombinasi menutup mata dan kekuatan mengucek mata yang bisa meningkatkan tekanan lebih tinggi lagi. Mengucek dengan keras bisa meningkatkan tekanan hingga 10 kali lebih tinggi dibanding tekanan normal.

"Tekanan yang normal akan memberikan konsekuensi yang sedikit, tapi tekanan pada mata yang kuat dalam jangka waktu yang lama dan terjadi secara berulang bisa memberikan kontribusi pada kerusakan mata seperti glaukoma, lebih cepat terkena rabun jauh, conical kornea atau bisa juga menyebabkan kebutaan," ujar Professor Charles McMonnies.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar