Minggu, 25 September 2011

Pandangan Tentang Seks Pada Remaja Butuh Diarahkan

Cara pandang para remaja terhadap seksualitas harus diarahkan, agar mereka tidak salah menganggap hal alamiah itu menjadi sebuah aktivitas yang biasa untuk dilakukan untuk kalangan usia muda. Pengamat kesehatan, dr Tengku yenni Febrina di Medan, Jumat, mengatakan, masa remaja merupakan saat fase transisi dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada waktu itu mereka membutuhkan perhatian dari orang tua dan sekolah untuk kehidupan sosialisasi pergaulan remaja. Untuk itu, menurut yenni, pada masa remaja perlu mendapat bimbingan yang cukup besar dari orang para orang tua. Sehingga para remaja tersebut tidak akan mudah terpengaruh atau terjurumus dari perbuatan negatif, serta pergaulan bebas yang merugikan masa depan mereka. "Salah satu pergaulan bebas saat ini yang paling populer adalah menganggap free sex sebagai hal yang biasa untuk dilakukan," katanya. Untuk menghindari terjadinya salah pengertian para remaja terhadap pergaulan bebas, bahaya dan resiko yang akan dialami jika melakukan hal itu, dan mereka harus diberikan pendidikan seks yang benar dan jelas. Ia menambahkan, untuk menghindari terjadinya salah pengertian para remaja terhadap pergaulan bebas, bahaya dan resiko yang akan dialami jika melakukan hal itu, dan mereka harus diberikan pendidikan seks yang benar dan jelas. Ia mengatakan, cara pandang remaja yang salah terhadap seksualitas, akan memberikan dampak negatif terhadap generasi muda, terlebih tatanan kehidupan sosial nantinya yang disebabkan salah kaprah memahami hal itu. Bahkan, dengan terjadinya kekeliruan itu, remaja perempuan lebih rentan terhadap berbagai resiko yang akan diderita dari perilaku seksual secara bebas tanpa ikatan agama. Lebih jauh ia mengatakan, fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini, masih banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat terkait pendidikan seks untuk para remaja.Selain itu, pembicaraan-pembicaraan mengenai masalah seks, masih dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibahas. Bahkan, sebagian masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks, bahwa seolah-olah hal itu sebagai sesuatu yang vulgar untuk disampaikan kepada para remaja. "Karena membicarakan seks dan pendidikan mengenai itu masih dianggap tabu, maka justru akan mendorong para remaja untuk berhubungan seks," ujarnya. Ia berharap, agar para orang tua harus membuka diri terhadap anak-anaknya untuk berdiskusi dan memberikan instruksi dan pendidikan tentang seks dan reproduksi remaja dengan baik, benar dan jelas, sehingga informasi yang mereka dapat tentang itu memang bersumber dari orang yang tepat Para orang tua harus membuka diri terhadap anak-anaknya untuk berdiskusi dan memberikan instruksi dan pendidikan tentang seks dan reproduksi remaja dengan baik, benar dan jelas, sehingga informasi yang mereka dapat tentang itu memang bersumber dari orang yang tepat yenni menjelaskan, saat ini masih banyak di antara para remaja yang tidak mengerti dan memahami tentang dampak negatif dari pergaulan bebas dan aktivitas seks yang mereka lakukan. Hal itu dapat mengakibatkan resiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi.Biasanya resiko yang dihadapi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, IMS dan HIV / AIDS, bahkan kekerasan seksual yang tidak diinginkan. Selain itu, katanya, konsekuensi yang harus ditanggung para remaja di saat yang belum tepat yaitu dari segi medis, beban psikologis, sosial dan ekonomi yang harus ditanggung di masa-masa remaja. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, Irna Minauli, MPsi mengatakan, berbagai informasi tentang seks sangat mudah didapat para remaja dari luar lingkungan rumah, maka perlu pendidikan seks dari orang tua. "Pendidikan seks dari orang tua diharapkan bisa meluruskan pemahaman anak dan remaja terkait seluruh reproduksi tubuh agar paham segala risiko dari penyimpangan,"katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar